Tentu kalian pernah mendengar apa
itu wormhole atau lubang cacing yang sampai sekarang masih belum terpecahkan .
Dalam ilmu fisika, wormhole atau
lubang cacing adalah suatu hipotesa topologi masa depan dari ruang waktu dimana
esensinya adalah jalan pintas yang melewati ruang dan waktu. Sejumlah ahli
fisika terkemuka pernah berasumsi bahwa kuatnya gravitasi wormhole sudah cukup
membuat moda transportasi yang tak terlalu canggih mampu melaju dengan
kecepatan di atas kecepatan cahaya. Sehingga secara teoritis perjalanan antar
galaksi yang sangat berjauhan bisa diselesaikan dengan waktu yang cukup
singkat.
Sebuah lubang cacing setidaknya
mempunyai dua ujung lorong yang akan menghubungkan satu saluran. Jika lubang
cacing bersifat traversable. Maka, sesuatu dapat melakukan perjalanan dari
ujung lorong satu ke ujung lorong yang lain melalui saluran ini. Meskipun
sampai sekarang belum ada pembuktian tentang adanya lubang cacing, namun secara
ilmu relatifitas umum ini bisa terjadi.
Keberadaan
wormhole dalam teori dimulai ketika Albert Einstein memperkenalkan Teori
Relatifitas Umum. Einstein menunjukkan bahwa massa bisa membuat ruang (waktu)
menjadi melengkung. Semakin besar massa, maka semakin melengkung ruang (waktu). Sedang istilah
lubang cacing sendiri pertama kali digunakan oleh Jonh Archibald Wheeler di
tahun 1921.
Wormhole posisinya bisa dikatakan berada didalam
lubang hitam, diteorikan pula wormhole memiliki momentum anguler (rotasi) dan
wormhole memerlukan materi yang berenergi negative yang sangat besar untuk mengeluarkan
gaya semacam gaya anti gravitasi yang mampu menahan wormhole dari keruntuhan. Tetapi
sangat disayangkan bahwa teori
wormhole ini menurut para ahli fisika memiliki
suatu kelemahan.
Adakah materi
yang berenergi negative ? Pertanyaan tersebut terjawab oleh para fisikawan yang
telah mengupas hukum-hukum fisika secara mendetail dengan menggunakan ilmu
matematika bahwa materi tersebut adalah ada.
Sekilas terlintas pertanyaan di kepala, bagaimana
dan dimana kita akan mendapatkan materi berenergi negative tersebut ?
mungkinkah kita akan mendapatkan materi tersebut dengan jumlah yang besar agar
kita bisa melalui wormhole ?
Akibatnya,
kita memerlukan alternative yaitu menggunakan peluang dimana ke dua titik yang
berbeda saling menggunakan gravitasi yang cukup sehingga pembelokan itu saling
terhubung dan membentuk terowongan.
Adapun alternatif yang ke dua yaitu bagaimana jika
kita mampu bergerak secepat cahaya ? seperti halnya cahaya matahari yang butuh
waktu 480 detik untuk mencapai bumi. Maka jika bergerak dengan laju cahaya
tersebut, waktu akan lebih lambat bagi kita. Namun, bagaimana cara agar kita
mecapai kelajuan yang bernilai 299.792.458 m/s ?
Kita
kembali lagi pada paragraf ke lima bahwa wormhole memerlukan materi yang
berenergi negative yang sangat besar untuk mengeluarkan gaya semacam gaya anti
gravitasi. Jadi dapat disimpulkan pula dibutuhkan energy yang cukup besar untuk
menjalankan sesuatu secepat cahaya.
Terjadinya
teori lubang hitam juga memiliki kelemahan yaitu ketika ada yang melewati
lubang tersebut maka kestabilan lubang akan hilang, serta dapat menimbulkan
efek kuantum yang dapat menghancurkan wormhole itu sendiri. Selain dari
kelemahan tersebut, kendala biologis patut diperhitungkan yakni berupa kondisi
fisik. Karena, adanya kemungkinan tekanan yang tinggi dalam mesin waktu dan
lubang waktu.
Andaipun sudah terbentuk wormhole
dan mesin waktu, bagaimana keselamatan sang penjelajah waktu ?
Dengan
adanya kelemahan dan kendala yang telah terurai di atas, nampaknya untuk saat ini menjelajah waktu hanyalah menjadi
sebuah mimpi belaka dan hanya dapat diwujudkan dalam sebuah tataran dalam film
fiksi saja. Terkecuali, para generasi berikutnya mampu bereksperimen serta
menjelajah waktu hingga memecahkan misteri tentang ada tidaknya wormhole dalam
alam semesta. Hal ini merupakan tantangan untuk para generasi kita saat ini dan
generasi yang akan datang.